Jumat, 17 Maret 2017

FILOSOFI MENANAM

       “Tumbuh itu ke atas, jangan ke samping”, kalimat slogan dari salah satu iklan susu tersebut ternyata mengandung arti dan makna yang sangat penting dalam kehidupan. Layaknya para tumbuhan yang memang tumbuhnya ke atas, bukan kesamping (tumbuhan yang merambat dapat dikategorikan ke dalam tumbuhan yang tumbuhnya ke atas dan memanjang). Hidup itu juga selayaknya mencontoh dari filosofi tumbuhnya para tumbuhan. Tumbuh ke atas berarti kita harus terus berusaha untuk meraih mimpi, impian dan cita-cita setinggi mungkin. Setiap hari kita tumbuh dan terus berkembang untuk menjalani hidup dan meraih tujuan. Jangan tumbuh ke samping, berarti kita jangan memiliki terlalu banyak keinginan, mau ke sana, mau ke sini, mau dapat yang ini, mau dapat yang itu, yang akhirnya dapat menghadirkan ketidakseimbangan antara tujuan hidup dan ambisi. Tanaman membutuhkan air, sinar matahari, mineral atau pupuk sebagai faktor utama dalam perkembangbiakannya dan pertumbuhannya. Begitu juga hidup yang membutuhkan spirit fisik dan batin, support dan berbagai bentuk semangat, cinta dan kasih sayang antar sesama. Teruslah tumbuh dan berkembang seperti tanaman yang engkau tanam. Air yang membasahi akarnya, sinar matahari yang diserap dengan sempurna, dan mineral yang disimpan dan diolah untuk memperpanjang masa hidupnya. Menghasilkan tunas baru, berbunga, hingga berbuah dan mendatangkan rezeki bagi makhluk hidup yang lainnya. Maka, kita pun jangan pernah kalah dan menyerah bila dibandingkan dengan perjuangan sebuah tanaman. Kita mendapatan manfaat dari apa yang dihasilkan tanaman itu, keteduhannya, penyerapan CO2-nya, daunnya, batangnya hingga buahnya. Tanaman yang pada awalnya hanya berupa tunas, berkembang menjadi pohon yang menghasilkan karya, hingga kemudian akan mengalami masa penuaan dan masa pennon-aktif-an sebagai tanaman, sebagai bagian dari makhluk hidup. Semuanya memiliki masanya sendiri-sendiri. Begitu juga kita, pasti suatu saat yang meskipun tiada seorang pun yang dapat mengetahui kapan dan dimana nyawanya akan diambil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka, sebelum malaikat maut mendatangi dan akan menjemput, sudah selayaknyalah kita mempersiapkan segala bekal amal atas perbuatan selama kita hidup. Sudah sepantasnyalah kita memanfaatkan anugerah berupa akal pikiran yang dapat menghasilkan berbagai karya yang bermanfaat bagi makhluk hidup lainnya. Sudah sewajarnyalah kita meninggalkan harta warisan berupa ilmu dan amalan yang tetap akan abadi dipergunakan oleh orang lain. Tanaman dan manusia, sama-sama makhluk Tuhan, sama-sama diberi kehidupan, sama-sama memiliki masa dan durasi untuk menikmati kehidupan, sama-sama memiliki misi, visi dan tujuan hidup, sama-sama membawa berkah, anugerah dan rezeki lewat caranya masing-masing, bahkan sama-sama memiliki amal dan manfaat bagi makhluk hidup yang lain. Maka, tetaplah tumbuh dan berkembang sampai batas waktu yang telah ditentukan, sampai titik pengorbanan dan pengusahaan terakhir, sampai orang lain dapat mengecap manfaat dari kehadiran kita di muka bumi ini. 
 
        Hidup adalah sebuah pilihan. Pilihan yang sudah jelas harus kita jalani. Dalam berbagai fase kehidupan, kita pasti pernah merasakan apa itu yang disebut dengan sebuah kebingunan (atau kegalauan - bahasa sekarang) untuk memilih hal yang paling baik. Sebab secara naluriah, manusia akan mencari hal yang terbaik baginya tanpa pernah mau merasa rugi. Maka dalam menjalani pilihan yang telah kita ambil, kita perlu menjadi bijak dan tidak rakus.

    Untuk menghibur diri, saya sering mengingat seorang laki-laki 80-an tetangga saya di kampung, yang tak pernah bosan untuk pergi ke kebunnya setiap hari. Ia selalu menanam apa saja. Kata-katanya yang selalu terngingang di telinga saya adalah, “Saya setiap hari harus menanam. Dan yang saya tanam adalah kebaikan. Orang menanam itu akan panen, berapapun hasil panennya. Dan jika saya tidak sempat memanennya, insya Allah anak cucu saya, atau keturunan saya kelak yang akan menikmati hasil tanaman saya. ”
Kalimat dari seorang kakek itu, sedikit memberi semangat tentang apa yang sedang saya perbuat. Saya memaknai kata “menanam” dengan makna yang maha luas. Tak hanya berkutat sebatas kepada tumbuh-tumbuhan, tapi di segala sektor kehidupan.
Menolong kucing yang masuk got, meminjami payung kepada orang yang sedang kehujanan, menyingkirkan duri yang berserakan di jalan, mengihlaskan hutang kepada para peminjam yang tidak mampu mengembalikan, menjadi donatur tetap kepada TPA/TPQ kampung yang fasilitasnya serba minim, dan segala apa yang saya tuturkan di atas, adalah tak lepas dari filosofi “menanam”.
Logikanya, siapa menabur akan menuai, orang yang menanam, pasti akan memanen. Entah berapa yang akan dipanennya. Dan jika kelak yang menanam saat ini belum bisa memanennya, itu juga bukanlah kesia-siaan. Anak cucu kita bisa menikmati hasil tanaman baik kita. Tak percaya? Tanyakanlah kepada kakek-kakek kita yang menanam pohon kelapa limapuluh tahun yang lalu. Siapa yang menikmati hari ini?
Kalau mengingat perbuatan sang kakek tua itu, saya makin menikmati apa yang saya perbuat selama ini. Walaupun secara finansial saya belum mendapat apa-apa. Toh, ternyata Allah SWT maha segalanya. Dia tidak akan membiarkan hambaNya yang sedang kesulitan dalam hidup, dibiarkan begitu saja tanpa ditolongNya.

The Last Word,, Alhamdulillah saat ini saya sudah memiliki 2 pohon yang sudah saya tanam. Tugas saya saat ini hanya menyirami, memberi pupuk, merawat dan menunggu saja sampai benar2 menjadi sebuah pohon yang bermanfaat dan menjadi pohon yang memberikan penghasilan kelak yang insya Allah bisa saya wariskan kepada anak saya kelak.

Terima Kasih kepada PT CAR, atas program 3i Networknya, saya sekarang menjadi punya tabungan untuk hari tua TANPA harus mengeluarkan uang untuk menabungnya, dan bahkan memberikan saya penghasilan. Kaya dijamin Tua terjamin.
 
Terima Kasih juga kepada PT. Bimasakti Multi Sinergi, atas produk Bebas Bayar nya yang luar biasa, saya sekarang sudah tidak pusing lagi melakukan pembayaran tagihan rutin bulanan dan lainnya TANPA harus mengeluarkan uang dari kantung pribadi untuk transaksinya.

Mudah2an Allah memberikan lagi petunjuk agar saya dapat menemukan dan menanam lagi pohon uang seperti yang diharapkan...Aamiinn...  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar